Mnemonik
Kopi Ibu Ibu menyangrai kopi, menjelang siang seperti almarhum bapak yang lembut di antara asap kayu bakar dan sangit yang menguar anglo tanah liat demikian hitam, angus dan lebam hidup tak lekas padam dari bara perapian menyambung ingatan demi ingatan sumpek pawon merekam amsal kejadian hari-hari subuh yang padam bergantian kecuali sunyi, tungku pediangan tanpa arti biji-biji dipanaskan serupa gelam, mengkilat mirip batang kayu yang dilayarkan. Sejumput beras, ditaburkan di permukaan sangit karam oleh sakit yang mendadak lenyap mbahkung merokok di sela sangit tungku menduduki masa lalu begitu saja dan mbahti sibuk menampi gabah di tengah paceklik yang ngantuk Ibu menyangrai kopi, ketika bapak pergi meninggalkan tungku di hari yang sama. Ia seperti kayu yang terbakar bara, adalah arang yang mengabu pada akhirnya sebelum hampa selesai, ibu menyangrai kopi meski kayu tak lagi dulu sebab tanah-tanah berpindah dan anak-